Laman

Saturday 23 November 2013

Perbedaan Jobshop, Flowshop dan Bacth



1.      Job Shop
Job shop scheduling secara umum lebih dikenal sebagai shop floor control, yang merupakan kegiatan penyusunan input (memasang yang diperlukan) menjadi output (produk). Penjadwalan job shop adalah pengurutan pekerjaan untuk lintas produk yang tidak beraturan (tata letak pabrik berdasarkan proses).
Penjadwalan pada proses produksi tipe job shop lebih sulit dibandingkan penjadwalan flow shop. Hal ini disebabkan oleh 3 alasan, yaitu:
1.  Job shop menangani variasi produk yang sangat banyak, dengan pola aliran yang berbeda-bedamelalui work center.
2.     Peralatan pada job shop digunakan secara bersama-sama oleh bermacam-macam order dalam prosesnya, sedangkan peralatan pada flow shop digunakan khususnya hanya untuk satu jenis produk.
3. Job-job yang berbeda mungkin ditentukan oleh prioritas yang berbeda pula, hal ini mengakibatkan order tertentu yang dipilih harus diproses seketika pada saat order tertentu yang dipilih harus diproses seketika pada saat order tersebut ditugaskan pada suatu work center. Sedangkan pada flow shop tidak terjadi permasalahan seperti diatas karena keseragaman output yang diproduksi untuk persediaan. Prioritas order pada flow shop dipengaruhi terutama pada pengirimannya dibandingkan tanggalpemerosesan.
Priority Rules
Untuk menyelesaikan permasalahan job shop banyak cara yang dapat ditempuh diantaranya dengan metode matematis, heuristic dan simulasi. Salah satunya adanya priority rules.
Biasaanya priority rules ini dipakai baik untuk menentukkan prioritas adalah:
1.         Random ( R)
Job yang akan dikerjakan diurutkan secara random (tiap job mempunyai kemungkinan yang sama untuk terpilih)
2.         First Come First Serve (FCFS)
Urutan pengerjaan job ditetapka berdasarkan urutan kedatangan
3.         Shortest Processing Time (SPT)
Urutkan job berdasarkan waktu proses yang terkecil pada urutan pertama. (aturan ini akan menghasilkan WIP, Flow Time dan lateness yang terkecil)
4.         Earliest Due Date (EDD)
Urutkan job berdasarkan due date terkecil / paling cepat. (aturan ini akan mengurangi lateness dan tardiness)
5.         Critical Ratio (CR)
Urutkan job berdasarkan CR terkecil (mengurangi lateness)
………………….(2.7)
6.         Least Work Remaining (LWKR)
Variasi dari SPT. Urutkan job berdasarkan sisa waktu proses paling kecil. (aturan ini mengurangi flow time)
7.         Fewest Operation Remaining
Variasi dari SPT. Urutkan job berdasarkan jumlah operasi sisa paling kecil. (aturan ini mengurangi flow time)
8.         Slack Time (ST)
Variasi dari EDD
ST = Remaining Time – Setup – Run time………………….(2.8)
9.        Slack per Remaining Operation (S/ OPN)
Variasi dari ST urutkan job berdasarkan S / OPN terkecil. (Aturan ini mengurangi lateness)
   ……(2.9)

10.     Least Setup (LSU)
Urutkan job berdasarkan waktu setup terkecil (aturan ini mengurangi makespan)
Priority Dispatcing Rule
Dalam penyelesaian masalah job shop digunakan prosedur yangada dalam Priority Dispatcing Rule.Dalam model terdapat beberapa prosedur, antara lain:
SPT( Shortest Processing Time )
FCFS ( First Come First Cerved )
MWKR ( Most work Remaining )
MOPNR ( Most Operations Remaining )
LWKR ( Least Work Remaining )
Dari model-model tersebut, SPT dan MWKR paling sering digunakan.
2.      Flow Shop Scheduling
Penjadwalan flow shop adalah proses penentuan urutan pengarjaan untuk suatu lintas produksi yang dapat digunakan beberapa jenis produk.Dalam banyak situasi, ada lebih dari satu pemrosesan ada satu pekerjaan terdiri atas beberapa operasi yang harus dilaksanakan dalam urutan tertentu. Beralih dari kerja pesanan pemrosesan kerja pesan pemrosesan banyak merupakan tantangan yang berat. Pertama-tama kita mengamati kasus kerja pesanan khusus dimana arus pekerjaan adalah searah (unidirectional).Kerja (bengkel) arus adalah jenis kerja pesanan khusus dimana m mesin diberi nomor 1, 2, …, m dan satu pekerjaan mungkin membutuhkan maksimum m operasi- satu operasi dimasing-masing mesin. Selanjutnya, untuk setiap pekerjaan, jika operasi j mendahului operasi k, maka mesin yang dibutuhkan untuk operasi j mempunyai nomor yang lebih kecil dari pada mesin yang dibutuhkan untuk operaasi k.
Untuk mendemontrasikan prosedur penjadwalan bagi bengkel arus (flow shop), contoh bagi bengkel arus adalah sebuah lini perakitan yang pekerjaanya bergerak dari satu tahap ketahap berikutnya dengan arah yang sama.
Di dalam penyusunan kondisi-kondisi baru yang mana mengkarakterisasikan problem flow shop adalah sama terhadap kondisi-kondisi  pada basic single-machine model.
Salah satu perbedaan dari kasus basic single-machine adalah bahwa waktu tidak aktif yang dipasang mungkin akan menjadi keuntungan. Di dalam model mesin tunggal  dengan kehadirannya secara bersamaan memungkinkan untuk mengasumsikan bahwa tidak ada waktu untuk bersantai ketika sedang bekerja. Akan tetapi di dalam kasus flow shop, ini mungkin sangat diperlukan sekali untuk memberikan waktu tidak aktif yang dipasang guna mencapai optimalisasi.
Persoalan penjadwalan pada flow shop sangat banyak, diantaranya adalah:
1.      Simple Plow Shop
·      Continous
1 job di 1 set mesin kontinu → tidak ada masalah scheduling
·       Repertitice
            n job di 1 set mesin (intermitten) tanpa waktu set up → perlu sequencing
·       Batch Flow
            n job di 1 set mesin dengan waktu set uo tertentu → perlu sequencing
2        Variasi Flow Shop
·      Skin Shop
            N job di 1 set mesin diman proses pengerjaannya melalui Flow yang sama tetapi beberapa mesin dilewat
·      Re Entrant Flow Shop
     N job di 1set mesin, urutan pengerjaan ke- n job melalui urutan yang sama tetapi ada mesin yang memproses dua kali.
·      Compoundd Flow Shop
     N job di 1 set mesin , tetapi salah satu bagian mesinya bisa diganti dengan satu group mesin (parallel)
·      Finite Queue Flow Shop
     N job di satu set mesin, tetapi kapasitas storage disetiap mesin berbeda.
Pada Simple Flow Shop:
Ø    Persoalan sederhana
Ø    Bisa diselesaikan dengan priority rule / johshon
Pada variasi Flow Shop
Ø    Persoalan lebih rumit
Ø    Biasanya diselesaikan dengan heuristik (palmer, Gupta, Branch and Bound)
Sistem penjadwalan dalam flow shop adalah penjadwalan dari seluruh job dalam urutan proses yang sama dan masing-masing job menuju kemasing-masing mesin dalam satu waktu tertentu [1,hlm 437].Sistem ini dapat digambarkan seperti urutan linear pada mesin-mesin seperti pada lini perakitan. Setiap job diproses sesuai dengan urutan prosesnya dan dari satu mesin ke mesin lainnya.
Penjadwalan yang memiliki urutan yang sama atas penggunaan masing- masing mesin disebut dengan permutation schedules. Dalam kriteria pengukuran diperlukan penjadwalan harus dipertimbangkan ketika didapatkan solusi yang optimal dengan meningkatkan jumlah  job atau mesin.

Pada umumnya, setiap operasi berikutnya berasal dari satu operasi yang mendahuluinya dan operasi kedua dari terakhir mempunyai satu operasi yang mengikutinya. Oleh karena itu,setiap job memiliki urutan operasi yang spesifik untuk menyelesaikan job tersebut .Tipe struktur ini sering disebut sebagai linear predence structure.
Lantai produksi terdiri dari m mesin berbeda, dan setiap job terdiri dari m operasi yang memerlukan mesin yang berbeda. Karakteristik flow shop dinyatakan dengan aliran pekerjaan yang terarah. Pada pekerjaan flow shop, penomoran mesin dimungkinkan sehingga jika operasike-j dari suatu job mendahului operasi ke-k, maka mesin yang diperlukan dari operasi ke-j mempunyai nomor yang lebih kecil dibandingkan dengan mesin yang dibutuhkan oleh operasi ke-k, mesin-mesin dalam flow shop diberinomor 1,2,3,……..,m;dan operasi job ke-I ditandai dengan (i,1), (i,2),…….,(i,m).
Setiap job dapat diperlakukan seolah-olah job tersebut memiliki m operasi yang tetap .Aliran pekerjaan flow shop terbagi menjadi dua,yaitu pure flow shop dan general flow shop. Pada aliran pekerjaan pure flow shop, setiap job memiliki satu operasi pada setiap mesin.Sedangkan pada general flow shop ,suatu pekerjaan dimungkinkan terdiri kurang dari m operasi dengan operasi-operasi pada mesin-mesin yang tidak berdekatan (bersebelahan), dan operasi terakhir tidak selalu dimulai pada mesin 1 dan diakhiri pada mesin m.

Karakteristik dasar penjadwalan flow shop adalah sebagai berikut:
a.  Terdapat n job yang tersedia dan siap diproses pada waktut= 0
b.   Waktu set up independent terhadap urutan pengerjaan.
c.  Terdapat mmesin berbeda, yang tersediasecarakontinu.
d.   Operasi-operasiindividual tidak dapat dipecah-pecah.
(Sumber: Unikom (2012). Penjadwalan. From http://elib.unikom.ac.id/download. php?id=7885, 30 September 2013)


3.    Bacth
Batch merupakan open shop, yang dimaksudkan untuk  mengambil keuntungan dari skala ekonomis dalam pemrosesan part-part yangserupa secara bersamaan.Batch shop juga bersifat diskret(mannfaktur), bisa pula bersifat kontinu (garmen, penyulingan minyak, proses kimia).Aliran produksi jelas tidak sekompleks jobshop, dengan banyak  digunakannya part yang repetitif dan mulitiguna. Pada sistem ini, pengelompokkan dan penentuan lot sangat krusial.
Untuk Batch atau Job Shop Production Kepentingan penjadwalan bisa menjadi sangat kompleks, dalam kaitannya dengan penjadwalan produksi, batch flow, job shop dancellular process telah banyak ditemui. Dalam tiap kasus jenis produk-produknya dibuat secara normal dan banyak diantaranya maketoorder. Waktu yang dibutuhkan untuk memproses masing-masing pekerjaan atau produk bervariasi dari pekerjaan satu kepekerjaan lain karena perbedasan dalam waktu setup dan kebutuhan pemrosesan yang lainserta juga perbedaan ukuran order pelanggan. Lingkungan batch production   merupakann lingkungan yang dinamis karena order-order dari pelanggan datang secara berkesinambungan dan produk-produk yang telah jadi diproses serta kemudian diantarkan kepelanggan tepat waktu.
Penjadwalan produksi memiliki beberapa fungsi dalam sistem produksi, aktivitas-aktivitas terssebut adalah (TeguhBaroto,2002, hal167):
1. Loading (pembebanan) bertujuan mengkompromikan antara kebutuhan yang diminta dengan kapasitas yang ada. Loading ini untuk menentukan fasilitas, operator,dan peralatan.
2.   Sequencing (penentuan urutan) bertujuan membuat prioritas pengerjaan dalam pemrosesan order-order yangmasuk.
3.  Dispatching. Pemberian perintah-perintah kerja ke tiap mesin atau fasilitas lainnya.
4.  Pengendalian kinerja penjadwalan dengancara:
a.       Memonitor perkembangan pencapaian pemnuhan order dalam semua sector.
b.      Merancang ulang sequencing bila ada kesalahan atau ada prioritas utama baru.
5. Updating Schedules
Pelaksanaan jadwal biasanya selalu ada masalah baru yang berbeda dari saat pembuatan jadwal, maka jadwal harus segera di update bila ada permasalahan baru yang memang perlu diakomodasi.
(Sumber: Binus (2007). Landasan Teori. From hhtp://thesis.binus.ac.id/Doc/ Bab2 Doc/2007-3-00452-TI%20Bab%202.doc, 30 September 2013)


posted by:



Related Post:

Share On:

No comments:

Post a Comment

Paling Sering Dibaca